Halaman

6.25.2011

Sarana (itu) Mempermudah Diri = Bukan Sebaliknya


Lucu rasanya menyaksikan berita di Trans TV hari ini (24/6/2011) melihat para wanita berusaha merubah bentuk tumitnya untuk menyesuaikan dengan sepatu hak tinggi (highheel). Mungkin bagi beberapa orang, justru hal itu bukanlah hal yang lucu, bahkan wajar-wajar saja. Bagiku, sekali lagi, kenapa rasanya aneh ya? Banyak wanita yang berusaha untuk "menyakiti" dirinya sendiri dengan highheel itu. What the "high-hell"...


Secara fungsi, segala alat bertujuan untuk mempermudah kerja manusia. Jadi, manusia dengan segala bentuknya - dan tentunya segala keterbatasan - memerlukan alat-alat dalam bekerja sehingga mencapai hasil yang optimal. Ambil saja contohnya cangkul (karena katanya kita negara agraris, jadi saya mengambil contoh alat yang rasanya dikenal semua pihak) diciptakan untuk mempermudah manusia dalam aktivitas di ladang. Cobalah jalan-jalan di berbagai tempat di Indonesia, dan sempatkan melihat para petani bekerja di ladang. Uniknya, cangkul di beberapa tempat memiliki bentuk yang berbeda. Perbedaan dari lekukan mata cangkul dengan ganggang cangkul, panjang cangkul, dan lebar mata cangkul. Kenapa begitu bervariasi? Rupanya semua itu menyesuaikan fungsinya dan menyesuaikan petani yang menggunakan. Petani yang jakung, menggunakan gagang cangkul yang lebih panjang. Kalau yang lebih pendek, cukup yang sedang-sedang saja.

Itu barangkali untuk masa-masa "agraris" dulu, saat mode dan gengsi tidak masuk dalam kebutuhan pokok manusia. Kini, ceritanya barangkali sedikit berbeda. Mode, gengsi, atau campuran keduanya sering menjadi dorongan seseorang untuk menjalani hidup -dan menentukan bagaimana hidupnya dijalani. Sepatu, yang dahulu ditemukan hanya sebagai alas kaki supaya melindungi dari trauma saat berjalan atau menghangatkan saat udara dingin kini memiliki nilai mode yang tinggi. Pada wanita tampaknya jauh lebih menonjol. Sepatu high hill memberikan nuansa modis bagi penggunanya. Bukannya mengganti jenis sepatu, kini malah para wanita justru merubah tumitnya untuk menyesuaikan sepatu yang akan digunakan. Ini suatu paradigma yang terbalik. Namun, komentar para pengguna itu sudah dapat ditebak : kini saya lebih percaya diri dan bangga setelah melakukan operasi tumit.

Sekarang ini, siapa sih yang tidak ingin modis. Seandainya seseorang terlahir dengan bentuk tubuh yang tidak modis, mari kita buat menjadi modis. Perkembangan di bidang kedokteran -khususnya di bagian bedah dan kosmetik - mempermudah terwujudnya impian itu. Saat trend ini begitu marak (semakin meningkat setiap tahun di tanah air kita) kembali bergemanglah pertanyaan ratusan tahun yang lalu tentang : siapakah aku?

Seandainya aku tidak menggunakan highheel, siapakah aku?
Seandainya aku tidak ikut mode, siapakah aku?
Seandainya aku menjadi diri yang biasa saja, siapaka aku?
Bisa jadi tetap pribadi yang sama. Bisa jadi bukan siapa-siapa. Who know?

Dari semua "jebakan" jaman, sepertinya semua mengarah kepada mencari siapa sebenarnya diri ini. Siapa jati diri ini? Akankah melalui mode beberapa orang menemukan pribadinya yang sebenarnya? Setidaknya, bagi kebanyakan orang, mengikuti mode membuat dirinya nyaman. Kenyamanan terhadap diri sendiri menjadi modal untuk menyelami pribadi yang sesungguhnya. Sayangnya, mengikuti mode sama artinya berusaha untuk menangkap awan. Segalanya akan berubah dengan cepat. Saya pikir, bagaimana dapat menemukan pribadi yang sebenarnya pada awan yang selalu berubah? Hmm, barang kali bisa.

Bagaimanapun setiap trend atau mode berubah, dan setiap pilihan untuk mengikuti ataupun tidak, ingatlah pada siapa diri kita sebenarnya. Merubah tubuh ini untuk menyesuaikan "sesuatu" yang kita sukai mungkin akan memberikan rasa nyaman. Akankah itu bertahan lama? Saat semua polesan dalam kehdiupan ini mulai luntur satu persatu, saat sendirian di dalam kamar yang gelap, coba tanyakan pada diri sendiri = inikah diri saya yang sebenarnya? Atukah hanya karena saya tidak menerima keadaan yang diberikan oleh Tuhan?
Selamat menikmati hidup Anda.

"Dunia ini bulat, karena Anda dan Saya sepakat bahwa dunia ini bulat"
yN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HAPPY COMMENT...