Halaman

10.13.2011

Money Laundry (Uang Cucian)...

Sebelumnya, saya ingin mengingatkan bahwa saya tidak sedang mengajarkan hal buruk di sini. Jadi, tolong menyingkir dulu para pembaca yang mengharapkan pembahasan illegal dalam tulisan ini. Tulisan ini hanya berdasarkan fakta belaka. Tidak ada unsur penambahan maupun pengurangan, mungkin sedikit pembualan. Jika sakit berlanjut, harap hubungi saya.
Berawal dari kelalaian, menuju kelupaan, lalu mampir ke dilema-an, hingga berlabuh di  di keingintahuan.  Saat mengenakan celana jeans yang sudah berpuluh-puluh bulan tidak terjamah, aku menemukan satu lembar uang kertas lima ribu di saku celana. Keadaannya sangat memprihatinkan. Jika dia bisa bercerita, pastilah penuh dengan cerita perjuangan melewati tangan-tangan yang sempat mencuci, dinginnya air sabun, dan penantian yang lama hingga ditemukan hari ini. Syukurlah wujudnya masih bisa dikenali. Inilah, secara denotatif, yang dinamakan Uang Cucian....

Dilema rasanya. Apakah lima ribu ini dibuang saja? Atau dimusiumkan? Atau dikemanakan??? Lagi pula, siapa yang ingin menerima uang lima ribu seperti ini? Pergulatanku tidak berlangsung lama. Kekasihku tiba membawa kesejukan. Katanya, Bank pasti mau menerimanya, asalkan itu bukan uang palsu.
Ah masak?
Coba aja!

Itu katanya (mirip seperti menantangku dalam taruhan).

Kuamati lagi lembaran yang tergeletak tak berdaya itu. Aku pikir, seandainya dibiarkan di rumah, nanti pasti terlupakan dan akhirnya hilang lagi. Lebih baik memang dikirim saja bersama teman-temannya di BANK. Tapi, ya, apa Bank mau nerima uang seperti ini??
Kebimbanganku mulai menumpuk. Semakin menumpuk rasa bimbangku, semakin aku digoda untuk mencari tahu. Sampai satu titik, rasa ingin tahuku melebihi kebimbanganku, aku putuskan untuk mencoba membawanya ke Bank. Keputusan itu aku lakukan hari ini (10/10)!

Berbekal beberapa puluh ribu yang lainnya (sebagai cover di teller supaya dilihat ada uangku yang bagus,ehehe) aku siapkan diri untuk misi pengiriman ini. Ada dua  hal yang ingin aku coba. Pertama, mencoba memasukan uang lima ribu ini. Kedua, mencoba memasukan uang receh dengan pembungkus kertas. Dua misi ini kupersiapkan secepatnya. Sret... Sret... Beres. Siap dikirim.

: Misi siap dikirim....

Salah satu Bank nasional yang kukirimkan adalah BRI. Masuk, ambil antrian, duduk beberapa menit, hingga nomorku dipanggil. Setelah menyodorkan uang-uangku (sedikit deg-deg an juga, apa iya bisa diterima uangku), uangku berpindah tangan sebentar.

"Mohon maaf, pak,.."
WAAAduuuh... sudah deh. Pasti mau bilang uangnya tidak diterima...
"Ini recehannya bisa dibuka? Tidak bisa menggunakan lipatan kertas seperti ini. Lebih baik menggunakan selotip bening."

Oooo, rupanya uang recehku yang menjadi masalah. Demi kemudahan dalam menghitung, pihak Bank mengharapkan recehan direkatkan dengan isolasi bening, dan dikumpulkan dalam kelompok yang sama. Uang lima ribunya? Tidak masalah! Dia masuk ke tempat teman-temannya!

Satu misi telah berhasil. Kegulauanku telah sirna. Inilah nikmatnya memiliki uang aseeellliiii, bukan bajakan atau palsu! Nilai nominalnya masih tetap ada meski rupa sudah tidak sesegar uang fresh. So, jangan coba-coba dueh pake uang palsu (Iklan dikit nehhh....)

Kata terakhirku untuk uang lima ribuku : 
selamat menemukan tempat barumu, dan terima kasih untuk BRI yang telah menerima uangku dengan ramah.
Meskipun kalimat iklan, tapi tetap ingin kuungkapkan : 
SELALU INGAT MENGGUNAKAN UANG ASLI, Ya...!

1 komentar:

  1. Artikelnya Baguss....
    Metode dan cara money laundry saat ini sangat variatif dan semakin canggih, seringkali justru mengaburkan aktivitas money laundry itu sendiri. sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai aktivitas ini.
    Sekedar ingin berbagi, barangkali bisa sedikit menambah referensi mengenai money laundry di Indonesia.
    Klik --> Makalah Money Laundry di Indonesia

    BalasHapus

HAPPY COMMENT...