Halaman

10.31.2011

(Kekayaan Alam) Indonesia Diabaikan Bangsa Sendiri, Diperhatikan Bangsa Asing

Grup Kompas kini memiliki saluran televisi sendiri. Temanya banyak mengenai kekayaan negeri ini, baik dari segi budaya maupun segi kekayaan alamnya. Meskipun belum muncul dalam kancah saluran nasional - masih bergabung dengan stasiun televisi lokal (Dewata TV) - Kompas tampaknya mulai muncul dalam bidang penyiaran yang baru.




Kemarin, saat menikmati salah satu tayangan di Kompas berjudul Expedition Borneo, aku dibuat kagum dengan kegigihan para peneliti dari Inggris yang menetap dan mencoba memetakan kekayaan alam di Kalimantan. Aku lebih kagum lagi menyaksikan begitu banyaknya kekayaan alam di Kalimantan yang belum masuk dalam buku pengetahuan. Banyak spesies baru yang mereka temukan. Itu berarti, banyak nama spesies baru yang akan dicantumkan sesuai dengan si penemu. Ini yang membuatku heran dan berpikir : "berarti, yang memiliki kehormatan untuk memberikan nama spesies hewan ini bukan orang-orang dari negeri kita, melainkan dari negeri entah di mana?" Dari golongan serangga, hingga golongan mamalia, akan terpampang dalam tulisan internasional bahwa penemunya adalah orang luar negeri, ditemukan di Borneo. Heran aku, hewannya di tanah kita, yang tahu malah orang lain....
Seperti mengatakan : Hutan Milik Kita, Spesies Milik Mereka...


Bagaimana peneliti kita menyikapi hal ini? Bukankah itu berarti kita "dicuri" kekayaan spesiesnya oleh luar negeri (ya secara tidak langsung)? Mungkin malas, ya, kita untuk meneliti sesuatu yang rasanya tidak penting. Buat apa mencari hewan dan memberikan nama, seperti tidak ada kerjaan, barang kali seperti itu pikirannya. Namun, coba dipikirkan lagi. Segala sesuatu yang terdapat di rumah kita tentu kita harus tahu. sangat memalukan jika orang lain yang mengetahuinya lebih dulu. Dengan mengetahui lebih dahulu, keuntungan terhadap pengetahuan itu tentu dimiliki oleh orang yang pertama menemukan. Publikasi, misalnya, sudah pasti akan dimiliki orang pertama yang menemukan. Belum lagi kekayaan intelektualitas (barangkali belum dirasa penting di negeri ini), dan meningkatnya ratting peneliti di tanah air secara umum. Kalau publikasi dan ratting peneliti sudah semakin tinggi, dana hibah dari berbagai tempat yang berkaitan dengan alam (National Geographic, BBC nature, dsb) tidak akan jauh-jauh dari si Peneliti. Begitu pula kemungkinan besar akan banyak perhatian dan dukungan dari seluruh kelompok dunia untuk terus mempertahankan keasrian ekosistem kita itu.

Meskipun aku tidak memiliki latar belakang di bidang ekosistem atau ilmu naturalis, rasanya ingin juga melakukan ekspedisi ke pelosok-pelosok Indonesia, "menggali" kekayaan alamnya, dan menunjukkan kepada masyarakat Indonesa serta Dunia betapa kayanya negeri ini. Dari sana kita akan mempromosikan betapa pentingnya untuk menjaga pusaka negeri ini supaya tidak punah oleh pengabaian dan kelalaian kita. Bertindak positif dari sekarang akan memberikan hasil optimal di kemudian hari. Semoga Indonesia tidak diabaikan lagi oleh bangsanya sendiri (justru diperhatikan oleh orang asing...)

1 komentar:

  1. Pemerintahan kita selama ini tak memberikan anggaran untuk melakukan riset terhadap SDA kita yang semestinya dilakukan oleh para ilmuwan2 yang kita miliki...

    BalasHapus

HAPPY COMMENT...